Jika Anda mencari sekolah inklusi di mesin pencarian raksasa Google akan ditemukan tempat yang sama dengan pendidikan reguler.
Yes, memang sekolah yang disebut untuk anak berkebutuhan khusus alias ABK ini sama dengan reguler. Anak belajar bersama dengan mereka yang 'normal' dengan kurikulum yang sama.
Dengan demikian, ABK akan bersosialisasi dan bergabung dengan anak lainnya. Mereka mendapatkan pendidikan dan persaingan yang sama. Perbedaannya, untuk anak-anak tertentu akan ada pendampingan.
Anak autisme dapat bersekolah di sini. Mereka umumnya tidak mempunyai masalah dengan kecerdasan otak. Bahkan, beberapa di antaranya di atas rata-rata. Hanya saja, anak autisme sering tidak dapat memfokuskan diri di tengah orang banyak. Guru pendamping berugas menjaga dan memberi terapi fokus hingga kekurangannya berkurang secara perlahan.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sekolah inklusi sebenarnya hampir sama dengan pendidikan biasa. ABK mendapatkan materi pelajaran dan fasilitas yang sama dengan anak normal.
Meskipun demikian, ABK tidak dipaksa untuk dapat mengikuti semua pelajaran dan kegiatan dengan hasil memuaskan. Mereka dilayani dan dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Buku laporan atau rapor pun umumnya berbeda.
Untuk memahami lebih lanjut, cek definisi sekolah inklusi dari beberapa ahli sebagai berikut.
1. Dr. Idayu Astusi
Dr. Idayu dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi menyebut pengertian sekolah ini sebagai tempat belajar bersama yang memberikan layanan pendidikan bagi semua anak, baik normal dan berkebutuhan khusu. Anak belajar bersama dengan tujuan pendidikan masing-masing.
2. Rose & Howley (2007)
Sekolah yang disebut inklusi adalah lembaga pendidikan yang memberikan layanan kepasa semua anak dengan tidak mempedulikan keterbatasan dalam memahami pelajaran. Mereka akan dilayani sesuai kemampuanya masing-masing.
3. Freiberd (1999)
Pendidikan Inklusi adalah lembaga yang menyatukan anak berbakat/ cerdas istimewa dengan anak normal. Di sana setiap anak dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
4. Armstrong (2003)
Pendidikan inklusi adalah pendekatan pembelajaran yang ingin mengembangkan semua anak tanpa pernedaan dan pemisahan. Kebutuhan belajar siswa akan terpenuhi sesuai kemampuan masing-masing.
5. Woolfolk & Kolter (2009)
Sekolah ataupPendidikan inklusi adalah lembaga yang mengakomodasi kebutuhan belajar smeua anak tapa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, dan emosi. Dengan demikian, anak belajar bersosialisasi sekaligus mengotimalkan kemampuannya.
6. Staub & Peck (1995)
Pendidikan inklusi adalah sekolah yang menempatkan ABK, normal, dan berbeda secara fisik dalam satu kelas.
7. Skojen (2003)
Sekolah inklusi diilustrasikan sebagai lembaga pendidikan formal yang berkolaborasi antara keluarga, kegiatan, dan kurikulim untuk menciptakan pembelajaran ramah anak.
Sebelum dikenal istilah inklusi, di Indonesia sudah mengenal Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sini kita belum membahas perbedaan keduanya. Namun, Anda dapat menentukan sendiri berdasarkan tujuan.
Tujuan berdirinya sekolah yang menyatukan ABK dan anak normal dibagi tiga kelompok, untuk siswa, orang tua, dan guru.
- Mengembangkan kepercayaan diri terhadap semua pencapaian yang diraih.
- Mencoba memahami pelajaran yang didapat di sekolah dan langsung mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Belajar menerima, beradaptasi, bersosialiasi, dan mengatasi adanya perbedaan.
- Mengetahui cara mendidik anak dengan lebih baik dengan tehnik yang digunakan guru di sekolah dan membimbingnya di rumah.
- Meningkatkan keterlibatannya dalam pembelajaran anak dan mengetahui dukungannya sangat dibutuhkan mereka.
- Memberikan anak kesempatan belajar lebih berkualitas sehingga mereka akan merasa sebagai manusia seutuhnya.
- Memahami anak harus mendapat pendidikan sesuai kemampuannya masing-masing.
- Memiliki kesempatan untuk belajar dan mengelola pembelajaran lebih kreatif.
- Belajar melaksanakan proses belajar mengajar untuk peserta didik yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.
- Belajar mengatasi tantangan dalam membimbing, membina, dan melayani siswa.
- Memiliki kesempatan untuk menggali dan mengembangkan gagasan dalam berkomunikasi dengan berbagai siswa.