Kreativitas dan inovasi, seharusnya pendidikan dan sekolah sudah membentuknya sejak dini.
Kedua hal tersebut penting, agar saat siswa lulus tidak hanya mendapat gelar sarjana dengan kemampuan rendah. Mereka seharusnya dapat menjadi pemimpin dan bekerja di sektor-sektor strategis perusahaan, bahkan menjadi CEO.
Sekolah pun tidak lagi hanya sekadar mesin pencetak tenaga kerja yang diperlukan pasar. Namun, pendidik mampu membentuk pribadi yang menentukan di bursa tenaga kerja.
Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara singkat bagaimana cara sekolah dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi. Akan tetapi sebelumnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertiannya.
Apa yang Dimaksud Kreativitas dan Inovasi?
Kreativitas adalah kemampuan individu untuk berpikir alternative untuk menyelesaikan suatu masalah hingga mampu menghasilkan gagasan baru.
Siswa yang berfikir kreatif dapat melihat suatu objek dari sudut pandang yang berbeda.
Sementara itu, inovasi artinya kemampuan untuk mewujudkan apa yang dipikirkannya. Siswa dapat menyampaikan ide yang terlintas di otak dan menyelesaikannya.
Dua hal yang sangat penting, karena kreatif saja tidak akan menghasilkan apa pun tanpa action.
Menurut Rusli (2017), inovasi lahir dari kreativitas. Kreatif adalah sifat seseorang yang selalu berusaha mencari hal-hal yang baru, sedangkan inovatif merupakan sifat yang menerapkan solusi dari ide kreatif yang ada. Jadi, seseorang yang kreatif dan tidak inovatif adalah mubazir.
Secara sederhana, siswa dapat menyampaikan definisi tata surya misalnya, tidak sama persis dengan yang ada di buku panduan. Mereka berani menuliskan pengertiannya sendiri.
Begitu pula dengan pelajaran Matematika. Saat siswa memahami suatu rumus, mereka mungkin saja dapat mengerjakan soal dengan cara yang berbeda dengan guru.
Cara Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi Siswa
Sama dengan sifat baik lainnya, kreativtas dan inovasi penerapannya harus sejak dini. Di sini pendidikan dasar dan menengah memegang peranan penting dalam membentuk kebiasaan belajar siswa.
Tentu saja, guru menjadi sosok yang mempunyai peranan paling besar, di samping kurikulum yang mendukung.
Secara tidak langsung, sebelum menyampaikan pembelajaran kepada siswa, guru harus membuat dirinya kreatif dan inovatif.
Menurut ahli neurosains, Beaty (2018). Kreativitas lahir dari kerja otak dan inovasi mewujudkannya.
Guru yang kreatif akan senantiasa berpikir mencari solusi terhadap masalah-masalah pembelajaran siswa kelasnya. Selanjutnya, pendidik akan menerapkan kreatiivitasnya menjadi sebuah inovasi dalam sebuah kegiatan nyata.
Secara umum, guru dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa dengan cara sebagai berikut.
Setiap anak mempunyai cara belajar yang berbeda. Akan tetapi, media pengajaran yang menarik akan membuat hampir semua anak tertarik.
Mereka akan lebih antusias mengeluarkan pendapat berdasarkan apa yang dilihatnya. Guru akan lebih mudah menyampaikan materi. Siswa pun lebih cepat memahami.
Selain itu, kreativitas guru dalam menyediakan media pembelajaran akan menjadi contoh bagi siswa.
Terkadang pengaturan tempat duduk siswa yang semua menghadap ke papan tulis membuat ruang gerak siswa terbatas.
Oleh karena itu, sebagai salah satu cara meningkatkan kreativitas siswa dan kemampuan mewujudkan pemikirannta, pengaturan kelas dapat lebih fleksibel.
Kursi dapat disusun sesekali berkelompok, rolling tempat duduk, hingga belajar di luar ruangan.
Hal ini juga akan membuat siswa lebih antusias dan tidak cepat bosan.
Pada dasarnya, dalam Kurikulum 2013 dengan pembelajaran per tema, setiap bagiannya sudah disiapkan untuk diskusi. Namun, belum semua memanfaatkan momen.
Pendidik dapat lebih sering mengajak siswa berdiskusi dengan membagi mereka ke dalam beberapa kelompok.
Dalam kelompok kecil, anak akan lebih mudah menyampaikan pendapatnya. Bahkan, siswa yang pendiam dapat terpancing untuk mulai berbicara.
Untuk meningkatkan daya pikirnya terhadap suatu masalah, guru dapat menantang siswa menyelesaikan suatu masalah atau memahaminya.
Misalnya, ada seorang siswa yang suka menyakiti teman. Tanpa menunjuk anak yang melakukannya, guru dapat mengajak seluruh siswa di kelas membahasnya.
Guru dapat meminta siswa menyelami diri sendiri hati mereka masing-masing ketika ada yang menyakiti dan tidak boleh melakukannya kepada orang lain.
Tantangan juga dapat berupa pemanfaatan teknologi dan menghubungkannya dengan pembelajaran. Sebagai contoh, siswa diminta membuat video saat mendung hingga tiba-tiba turun hujan.
Di atas, kita sudah menjelaskan sedikit tentang hubungan kreativitas dan inovasi.
Sebagai pengajar di kelas, guru harus lebih aktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat. Meskipun mereka mengatakan suatu hal yang ‘salah’, guru dapat membimbingnya dengan bijak. Ajak seluruh siswa tidak menertawakan pendapat temannya.
Dengan demikian, siswa dapat lebih berani, sopan, dan bijak berpendapat.
Media pembelajaran dan kebebasan berpendapat secara bijak akan menumbuhkan rasa ingin tahu.
Keingintahuan ini akan membuat mereka berpikir lebih kreatif dalam belajar.
Volume bangun ruang misalnya, rumus dasarnya adalah luas alas dikalikan tinggi. Biarkan anak mengeksplorasi setiap bangun berdasarkan rumus tersebut.
Jadi, jika ingin menghitung volume prisma segitiga, mereka akan menghitungnya dengan luas alas segitiga dikalikan tinggi. Begitu pula dengan tabung yang alasnya berbentuk lingkaran, volume dihitung dengan mengalikan luas alas lingkaran dan tinggi.
Siswa mungkin memahami perhitungan bangun ruang tanpa perlu menghafal rumus satu per satu.
Ada anak yang kreatif, tetapi tidak dapat menyampaikan apa yang dipikirkannya. Di sini inovasi tidak berlaku.
Untuk itu, guru harus menghadirkan cara berpikir positif dan kepercayaan diri.
Di sini pentingnya kebebasan berpendapat dan berekspresi. Guru akan tahu masalah yang dihadapi siswa.
Ilmu tidak dapat bermanfaat, tanpa sikap dan perilaku yang baik.
Oleh karena itu, di sekolah penerapan disiplin tanpa kecuali harus ada. Dari kedisiplinan akan timbul kerendahan hati yang membuat semua orang berusaha bekerja keras. Anak akan mengandalkan kemampuan diri sendiri, tidak bergantung pada orang tua dan lingkungan.
Tidak sulit bukan, mewujudkan kreativitas dan inovasi hingga siswa di masa depan mampu bersaing secara lebih baik? Yuk, persiapkan mereka untuk menghadapi globalisasi dengan tidak hanya menjadi pegawai rendah.