Sekolah Luar Biasa (SLB) sudah lama dikenal di Indonesia. Sementara sekolah inklusi baru beberapa berkembang tahun terakhir. Itu sebabnya tidak banyak pendidikan formal yang menyelenggarakannya.
Kedua jenis sekolah pada dasarnya memberi kesempatan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK). Banyak yang mengira, SLB dan pendidikan inklusi sama.
Namun, jika Anda benar-benar mendatangi alamat sekolah inklusi, jauh dari yang dibayangkan. Ini berbeda dengan SLB yang di dalamnya hanya terdiri dari anak-anak dengan keterbatasan tertentu.
Sementara di sekolah yang disebut inklusi, ada anak-anak normal. Beberapa sekolah yang dimaksud merupakan penyelenggara pendidikan formal reguler.
Jadi, sekolah inklusi merupakan lembaga yang menyatukan ABK dan anak normal dalam satu pendidikan dengan kesamaan kesempatan. Anak dapat bergaul bersama dengan metode pendidikan dan kurikulum sama. Hanya saja untuk membantu, ABK biasanya mempunyai guru pendamping dan terapis khusus.
Berdasarkan ilustrasi di atas mungkin Anda sudah membayangkan perbedaan SLB dengan sekolah inklusi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini ditunjukkan lebih terperinci.
1. Siswa
Sudah disebutkan di atas, pendidikan inklusi mempertemukan anak normal dan ABK. Keduanya belajar bersama dan saling menghargai. Dari sana, ABK akan merasakan komunikasi sesungguhnya di dunia nyata. Sebaliknya, siswa normal belajar menerima perbedaan.
Sementara itu, di SLB hanya ada siswa dengan keterbatasan yang dimiliki. Guru pun khusus didatangkan untuk mengajarkan mereka kemandirian. Beberapa orang menyebut, SLB sedikit kesulitan membuat siswanya berkomunikasi aktif di kehidupan sehari-hari.
2. Jenis
ABK pada sekolah penyelenggara inklusi tidak mendapatkan penempatan khusus. Oleh karena itu, Anda tidak mengenal berbagai jenis di sini.
Berbeda dengan SLB yang terdiri dari A sampai G. Di mana SLB A untuk siswa tunanetra, SLB B tuna rungu, SLB C untuk penyandang gangguan berpikir atau intelektual, SLB D untuk siswa dengan cacat tubuh atau tunadaksa, SLB E untuk anak yang kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, dan SLB G untuk anak dengan kelainan ganda,
3. Seleksi
Jika Anda merasa anak memerlukan bantuan SLB, tidak ada penyeleksian khusus. Yang terpenting sekolah yang dituju pas dengan kebutuhan anak. Sekolah SLB A tidak mau menerima anak tunarungu karena mereka hanya menyiapkan guru dan fasilitas bagi mereka yang penglihatannya tidak baik.
Sekolah reguler yang menerima siswa ABK menerapkan seleksi. Mereka biasanya akan membatasi umur dan nilai akademis minimal. Selain itu, rekomendasai psikolog juga sangat dibutuhkan.
Seleksi penting agar siswa tidak tertinggal atau melesat terlalu jauh dibandingkan teman-temannya di kelas.
4. Materi Pelajaran dan Kurikulum
Materi pelajaran untuk anak inklusi sama dengan reguler. Mereka mendapatkan layanan pendidikan sama dengan anak normal. Kelebihannya, perkembangan fisik dan otak siswa akan lebih optimal sesuai kemampuan, minat, dan bakatnya.
Pendidikan meskipun menyamakan kurikulum lebih personal. Guru sudah memodifikasi kurikulum menyesuaikan kebutuhan siswa.
SLB lebih khusus. Materi pelajaran tidak mengikuti kurikulum yang berlaku. Siswa kebanyakan mendapat keterampilan hidup di sekolah agar kelak dapat hidup mandiri.
5. Lingkunga
Dengan murid khusus, lingkungan SLB lebih seragam. Mereka yang berada di lembaga pendidikan, baik formal dan nonformal mempunyai kekurangan sama. Kelebihannya, murid bisa menjadi lebih nyaman. Kekurangannya, mereka akan kesulitan beradaptasi di lingkungan berbeda.
Sementara itu, sekolah inklusi menyediakan lingkungan terintegrasi dan beragam. Anak akan belajar bersosialisasi. Kekurangannya, pihak pendidik harus benar-benar memantau kegiatan belajar dan mengajar agar siswa menerima semua perbedaan teman-temannya.
Sekolah inklusi mungkin menjadi pilihan anak normal dan ABK. Yang terpenting orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk Ananda.
Dengan terus mengikuti website odysee.education semua informasi pendidikan dapat diperoleh. Anda juga bisa mendaftar sebagai guru di ini.