Untuk Guru & Sekolah

Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Apa itu Pendidikan Pancasila dalam kurikulum merdeka? Simak penjelasannya disini!
  • 13 Juli 2024
  • Alfian
  • kurikulum Merdeka
  • Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila menjadi salah satu perubahan signifikan dalam Kurikulum Merdeka yang membedakannya dari Kurikulum 2013 (KTSP 2013). Dalam Kurikulum Merdeka, Pendidikan Pancasila menggantikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Banyak yang menganggap perubahan ini hanya sebatas pergantian nama, namun sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar dalam pendekatan dan tujuan pembelajaran.

Perubahan ini bertujuan untuk lebih menekankan pada pengembangan karakter dan pemahaman nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Tidak sekadar menghafal materi, Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka dirancang agar siswa dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama dari Kurikulum Merdeka yang diprakarsai oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, adalah untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter dan berkepribadian Pancasila. Dengan pendekatan "Merdeka Belajar", diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan relevan bagi siswa.

Perbedaan Pendidikan Pancasila dan PPKn

Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam Kurikulum 2013 memang memiliki beberapa persamaan dalam hal materi, namun terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendekatannya. 

A. Sejarah dan Latar Belakang

PPKn yang kita kenal saat ini dulunya bernama Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa Orde Baru. Perubahan nama dan materi ini bukan hanya soal nomenklatur, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam pendekatan pendidikan karakter yang diinginkan oleh pemerintah.

B. Materi dan Cakupan

PPKn lebih banyak berfokus pada pengajaran tentang dasar negara, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, serta hak dan kewajiban warga negara. Materi ini tetap dipertahankan dalam Pendidikan Pancasila, namun dengan penekanan yang berbeda. Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka lebih menitikberatkan pada pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pendekatan Pembelajaran

Salah satu perubahan besar adalah metode pengajaran. Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan yang lebih interaktif dan kontekstual. Proses belajar tidak lagi terpaku pada hafalan semata, melainkan pada pemahaman mendalam melalui pembelajaran berbasis proyek. Ini bertujuan agar siswa dapat merasakan langsung bagaimana nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam situasi nyata.

D. Fokus Pengembangan Karakter

Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan karakter siswa. Siswa diajak untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai seperti gotong royong, integritas, dan rasa hormat kepada perbedaan, yang semuanya merupakan inti dari Pancasila.

Dengan pendekatan baru ini, diharapkan siswa tidak hanya mengetahui teori tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan mereka generasi yang berkepribadian Pancasila dan siap menghadapi tantangan global.

Tujuan Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Setiap kurikulum dirancang dengan tujuan tertentu untuk mencetak generasi yang lebih baik di masa depan. Kurikulum Merdeka yang digagas oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim dengan tagline "Merdeka Belajar" memiliki visi untuk menciptakan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter dan berkepribadian Pancasila.

A. Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan utama dari Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka adalah untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Lebih dari itu, pendidikan ini bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki integritas, tanggung jawab, dan kemampuan untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat.

B. Pembentukan Karakter Berbasis Pancasila

Pendidikan Pancasila dirancang untuk mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Ini mencakup pengembangan sikap, perilaku, dan kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Siswa diharapkan dapat menginternalisasi dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

C. Proses Pembelajaran yang Menyenangkan dan Relevan

Nadiem Makarim menekankan pentingnya proses pembelajaran yang menyenangkan dan relevan. Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka tidak lagi menggunakan metode hafalan semata, tetapi lebih kepada pengalaman langsung dan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) diimplementasikan untuk membuat siswa aktif dalam proses belajar dan mampu melihat relevansi materi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

D. Implementasi Pendidikan Pancasila di Berbagai Jenjang Pendidikan

Untuk memastikan efektivitas implementasi Pendidikan Pancasila, jam pelajaran ditingkatkan menjadi empat jam per minggu mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk mendalami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Dengan tujuan dan implementasi yang jelas, Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya pintar tetapi juga berkarakter kuat, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

 

Implementasi Pendidikan Pancasila

Implementasi Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka dirancang untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif, menyenangkan, dan relevan bagi siswa. Berikut adalah beberapa aspek penting dari implementasi ini:

A. Metode Pembelajaran yang Menyenangkan

Pendekatan baru yang diterapkan oleh Nadiem Makarim menekankan pentingnya proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Metode hafalan yang membosankan digantikan dengan pendekatan yang lebih interaktif dan menarik, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila.

B. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

Salah satu inovasi utama dalam Kurikulum Merdeka adalah penggunaan pembelajaran berbasis proyek. Metode ini melibatkan siswa dalam proyek-proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam situasi nyata.

Contoh: Proyek lingkungan hidup dimana siswa diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar sekolah. Melalui proyek ini, siswa belajar tentang pentingnya gotong royong dan tanggung jawab sosial.

C. Penambahan Jam Pelajaran

Jam pelajaran Pendidikan Pancasila ditingkatkan menjadi empat jam per minggu di semua jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Penambahan ini memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk mendalami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

D. Kreativitas Guru dalam Mengajar

Guru ditantang untuk lebih kreatif dalam menyusun skema pembelajaran. Mereka tidak lagi hanya terpaku pada buku teks tetapi juga diharapkan mampu mengembangkan materi yang kontekstual dan menarik. Guru diharapkan menggunakan berbagai metode seperti diskusi kelompok, role-playing, dan simulasi untuk membuat pembelajaran lebih hidup dan menarik.

E. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas

Pendidikan Pancasila juga melibatkan peran serta orang tua dan komunitas. Orang tua diharapkan dapat membantu anak-anak mereka mengamalkan nilai-nilai Pancasila di rumah. Sementara itu, sekolah dapat bekerjasama dengan komunitas setempat untuk mengadakan kegiatan yang mendukung pembelajaran nilai-nilai Pancasila.

Dengan implementasi yang komprehensif ini, diharapkan Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter kuat, memiliki rasa tanggung jawab sosial, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

Profil Pelajar Pancasila

Salah satu elemen kunci dari Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka adalah pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Profil ini mencakup enam dimensi utama yang diharapkan dapat membentuk siswa menjadi individu yang berkarakter, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan global. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang setiap dimensi tersebut:

A. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Berakhlak Mulia

Dimensi ini menekankan pentingnya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar moral dan etika. Siswa diharapkan memiliki akhlak mulia, yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.

B. Berkebhinekaan Global

Siswa didorong untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya, agama, dan bahasa, baik di tingkat nasional maupun global. Mereka diajarkan untuk bersikap terbuka, toleran, dan menghormati perbedaan, serta mampu bekerja sama dalam lingkungan yang beragam.

C. Bergotong Royong

Gotong royong merupakan nilai dasar dalam budaya Indonesia. Siswa diajarkan untuk bekerja sama, saling membantu, dan berkontribusi positif dalam kelompok. Melalui proyek-proyek kolaboratif, mereka belajar pentingnya kerjasama dan solidaritas sosial.

D. Mandiri

Siswa diharapkan mampu menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka. Dimensi ini mendorong siswa untuk mengambil inisiatif, berpikir kritis, dan memecahkan masalah secara mandiri.

E. Bernalar Kritis

Kemampuan bernalar kritis sangat penting dalam menghadapi tantangan dan perubahan di era modern. Siswa diajarkan untuk berpikir logis, analitis, dan reflektif dalam mengevaluasi informasi dan mengambil keputusan yang tepat.

F. Kreatif

Kreativitas adalah kunci untuk inovasi dan perkembangan. Siswa didorong untuk berpikir kreatif, menciptakan ide-ide baru, dan mengekspresikan diri mereka melalui berbagai bentuk seni dan proyek inovatif. Kreativitas ini diharapkan dapat membantu mereka menemukan solusi baru untuk masalah yang kompleks.

Integrasi Enam Dimensi

Profil Pelajar Pancasila ini tidak diterapkan secara terpisah, tetapi terintegrasi dalam setiap aspek pembelajaran. Setiap dimensi saling melengkapi dan membentuk siswa menjadi individu yang holistik, siap menghadapi berbagai tantangan, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat dan dunia.

Implementasi di Sekolah

Untuk memastikan keberhasilan implementasi Profil Pelajar Pancasila, sekolah harus menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Guru berperan penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam proses pembelajaran sehari-hari. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler dan proyek-proyek sekolah juga dirancang untuk mendukung pengembangan enam dimensi ini.

Dengan fokus pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, Kurikulum Merdeka berupaya menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan nilai-nilai Pancasila yang kokoh.

Chat Icon