Ujian Nasional alias UN telah resmi beberapa tahun ditinggalkan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pun menerapkan Ujian Asesmen Nasional.
Siswa yang mengikuti ujiannya ini bukan yang berada di tingkat akhir jenjang pendidikan. Mereka adalah siswa kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA. Itu pun tidak semua siswa mengikutinya, hanya siswa tertentu saja.
Apa tujuan diselenggarakannya ujian di atas? Bagaimana penilaiannya? Bagaimana cara memilih siswa yang ikut dalam mengerjakan tugas kini? Masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab agar orang tua tidak merasa was-was. Orang tua khawatir ujian tidak terselesaikan dengan baik dan mempengaurhi penilaian.
Seperti sudah dikatakan, Asesmen merupakan program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Lembaga ini mengevaluasi satuan pendidikan atau sekolah melalui. Ujian yang diberikan kepada siswa hanya salah satu dari cara mereka untuk evaluasi, namanya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), bukan lagi Angka Ketuntasan Minimal (AKM). Selain itu, Kemendikbudriskek juga mengadakan Survei Karakter dan Survei Lingkungan Sekolah.
Secara awam, orang tua hanya mengetahui, ujian kepada siswa bertujuan mengevaluasi hasil belajar. Fokus kepada siswa sebagai subyek, tidak berhubungan sama sekali dengan guru maupun sekolah.
Namun, lembaga tertinggi yang mengatur pendidikan di Indonesia menyadari, ada beberapa hal yang mempengaruhi hasil pendidikan. Di antaranya, kesenjangan guru, fasilitas, dan keterjangkauan dengan pusat.
Hasil AKM nantinya akan berguna untuk memberikan informasi kualitas belajar, baik secara literasi, numerasi, dan karakter. Setelah itu, seluruh komponen yang terlibat akan memperbaki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah.
Oleh karena itu, Ujian Asesmen Nasional bertujuan untuk:
1. Melihat Perkembangan Mutu Pendidikan
Siswa mengerjakan ujian online dari sekolah masing-masing. Dari sana, Kemendiksudristek dapat melihat secara langsung hasil belajar siswa. Apalagi di sini ada metode tertentu bagi siswa yang terpilih dalam ujian. Sekolah tidak berhak memilih siswa yang pandai saja tetapi semua mempunyai kesempatan yang sama.
2. Melihat Kesenjangan Pendidikan
Diakui atau tidak kesenjangan pendidikan sering kali menjadi masalah. Misalnya, pendidikan di kota dan di daerah yang berbeda fasilitas.
Dengan asesmen, kesenjangan dalam sistem pendidikan, seperti antara kelompok eknomi tertentu, satuan pendidikan negeri dan swasta, antar daerah, dan kelompok tertentu akan terdeteksi secara dini. Lalu, sekolah dan semua pihak yang ada dapat memperkecil kesenjangan sehingga meningkatkan kulaitas.
Tidak seluruh siswa dapat mengikuti Ujian Asesmen Nasional. Hanya 35 siswa saja yang mengerjakan ujian dari satu sekolah.
Jadi, jika siswa sekolah memang jumlahnya kurang atau pas dari itu, maka seluruhnya akan menjadi peserta. Namun, jika jumlah siswa dalam satu angkatan lebih dari target, akan dipilih secara acak oleh Dinas Pendidikan. Keikutsertaannya tidak dapat digantikan oleh siswa lain atau pun dipilih berdasarkan sesuai prestasi.
Apakah nantinya nilai atau hasil ujian akan mempengaruhi kelulusan? Tentu saha tidak!
AKM bukan program yang menggantikan UN. Keduanya mempunyai tujuan yang berbeda. Jadi, hasilnya tidak akan menentukan kelulusan siswa, apalagi jika tidak seluruh murid mengikutinya.
Hasil AKM juga tidak mempengaruhi peringkat sekolah, guru atau pendidik juga tidak perlu khawatir. Justru AKM harus mencerminkan hal yang sebenarnya agar terjadi peningkatan mutu pendidikan.
Asesmen Nasional merupakan terobosan baru dari Kemendikbudristek di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Anwar Makarim dan terkait dengan Kurikulum Merdeka. Diharapkan, pendidikan di Indonesia lebih maju dengan hal ini. Untuk Anda yang ingin sekolah online terbaik, Odysee akan memberikan yang terbaik. Begitu pula bagi sekolah yang membutuhkan konsultasi pendidikan. Silakan cek web kami untuk informasi lebih lanjut. ***
.jpg)
