Sekolah inklusi di Indonesia baru mulai ada tahun 2003 atau sekitar 20 tahun lalu. Tidak heran jika sekolah ini belum banyak ada di Indonesia. Apalagi lembaga pendidikan juga harus mempersiapkan fasilitas dan modifikasi kurikulum untuk penyelenggaraannya.
Mengapa? Karena sekolah ini menggabungkan anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan normal. Mereka belajar di satu kelas dan mendapatkan materi yang sama setelah dipersonalisasi.
Sekolah harus menyiapkan guru pendamping dan terapis untuk ABK. Selain itu, guru dengan kreativitas tinggi juga menjadi syarat utama. Selanjutnya anak diajarkan untuk menerima diri sendiri sebagai individu yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jangan sampai perbedaan yang cukup signifikan menjadikan sekolah sebagai ajang perundungan.
Sebagai orang tua, tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Apalagi jika Anda mempunyai anak ABK. Anak istimewa yang jika mendapat bimbingan terbaik akan menjadi bintang yang sangat bersinar.
Berkaca dari berbagai pengalaman, sekolah inklusi dapat menjadi alternatif pendidikan yang baik asal orang tua melakukan persiapan matang.
Apa saja persiapan tersebut? Yuk, cek di bawah ini!
1. Konsultasi dengan Ahli
Kekurangan fisik, seperti disabilitas penglihatan dan pendengaran lebih mudah dideteksi. Anda memerlukan ahli untuk mengetahui tingkat keparahannya agar dapat memberikan solusi terbaik.
Namun, jika disabilitas termasuk dalam autisme, ADHD, hingga gangguan sosial, Anda tidak dapat mengklaim sendiri. Orang tua sering kali berlebihan, anak yang aktif dan tidak berhenti berlari disebut sebagai hiperaktif. Kenyataannya, hampir semua anak mempunyai sikap ingin tahu berlebihan. Mereka tidak berhenti bergerak kecuali saat tidur.
Anak yang diam, tidak banyak bergerak dan berkomunikasi, justru dianggap baik.
Oleh karena itu, sebelum mendaftarkan anak ke pendidikan inklusi, konsultasikan terlebih dahulu masalah anak. Ahli seperti psikolog juga dapat memberikan rekomendasi agar anak dapat diterima di sekolah tertentu.
2. Orang Tua Harus Mengenali Kemampuan Anak dan Jujur
Tidak semua anak cocok dimasukkan ke sekolah penyelenggara inklusi. Pendidikan ini juga harus menjaga stabilitas sehingga anak lain tidak terganggu dengan ABK. Selain itu, anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di sini.
Di sini perlunya ahli. Kemudian, jujurlah dengan kondisi anak saat mendaftar. Sekolah akan mempersiapkan semua kebutuhan anak selama berada di lembaganya.
3. Memilih Sekolah dengan Baik
Sebelum memutuskan di mana anak dapat bersekolah formal, orang tua harus tahu benar fasilitas, sarana dan prasarana, serta personalisasi kurikulum yang ditawarkan.
SDM juga harus dikenali. Jika diperlukan orang tua membawa guru pendamping sendiri untuk anak.
Jangan memaksa anak untuk masuk sekolah tertentu. Jika tidak bisa mengikuti program inklusi, biarkan ABK berada di SLB. Sekolah yang mengkhususkan diri pada kondisi tertentu ini sekarang terus berkembang. Bahkan, ada SLB khusus untuk anak autisme.
4. Memotivasi dan Adaptasi
Terakhir, hal yang harus orang tua persiapkan untuk anak adalah memotivasi mereka.
Beberapa ABK sering merasa tidak nyaman dengan lingkungannya. Nah, mereka sejak dini dapat beradaptasi di lingkungan sekitar agar siap sekolah. Beri anak pengetahuan, sekolah merupakan tempat yang aman dan menyenangkan. ***